Beli Rokok Bisa, Tapi BPJS Malah Nunggak?!

Pembca setia Kabar-kabin, dimanapun anda berada.Berbagai isu terhangat dan bahkan terhebong sepanjang masa kami mencobanya untuk menyajikanya buat para pembaca semuanya. Dengan harapan informasinya bisa tersalurkan sengna benar dan seutuhnya. Dan sebagai contoh seperti peristiwa Beli Rokok Bisa, Tapi BPJS Malah Nunggak?! yang baru-baru ini bikin heboh jagat dunia manya dan kaum sosail media, yang suguh menggelitik dan menarik untuk diperbincangkanya

Dan tidak hanya keseruan Beli Rokok Bisa, Tapi BPJS Malah Nunggak?! saja bahkan rasa penarasan bagi seorang yang mendengarnyapun ikut atusias untuk menyanggah dalam tiap perdebatan di sosmed itu. Barbagai sanggahan kritikan yang membangun atau sebaliknya bertebaran di situ. Dan untuk itu alangkah baiknya cermati terlebih dahulu kebebaranya ya, Jangan langsung percaya saja. Dan berikut ulasanya.

Baca juga:


Hasilnya isu kenaikan rokok yg bakal direalisasikan September ini benar-benar sekedar berita angin. Kendati begitu, harga rokok juga terus naik walau tak mencapai Rupiah 50.000,- per bungkusnya.

rokok-55df227d737e61c50a014512

Disaat isu itu beredar tidak sedikit pihak yg pro & kontra. Bagi yg kontra terutama dari pihak – pihak yg mempunyai keperluan atas industri rokok jalankan beragam upaya biar wacana ini tak di realisasikan. Beraneka Ragam statement sampai ancaman PHK agung – besaran di lontarkan sebanyak pihak lewat sarana – fasilitas publik.

Sampai BPJS Kesehatan ikut terbawa dalam rumor yg berhembus di penduduk ini sebab pendapat dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia komisi IX Dede Yusuf yg menyebut kenaikan cukai tembakau bakal di konversi ke Jaminan Kesehatan.

‎”Cukai yg didapat nantinya dikembalikan ke kesehatan, buat pengembangan BPJS, kita kan amat sangat perlu. Itu usulan kami, memang lah belum dibahas,” tandasnya dikutip dari bpjs-online.

Terlepas benar atau tidaknya apabila kita cermati polemik ini pihak yg menentang seolah – olah rokok ialah penolong bagi petani tembakau juga buruh pabrik padahal itu sebahagian mungil saja keuntungan paling besar yakni utk pemilik pabrik.

Mereka lupa jikalau penentu rejeki itu bukan industri rokok. Manusia dibekali ilmu & akal diwaktu satu buah ladang business telah tak menjanjikan lagi sehingga manusia dapat berubah ke sektor business lain.

Lagi pula proses menurunnya daya beli itu tidak serta merta langsung begitu saja karena rokok cuma di naikkan cukainya bukan dilarang, jadi perlu waktu berbulan – bulan penurunan jumlah konsumsi rokok sehingga ada kesempatan untuk beralih ke mata pencaharian lain.

“Harga rokok yang mahal akan menurunkan daya beli masyarakat, terutama perokok. Setelah itu, industri rokok akan menurunkan jumlah produksi rokok dan berujung ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. “Apalagi, 80% pekerja di industri rokok adalah outsourcing yang sudah puluhan tahun bekerja dan rentan PHK” salah satu pernyataan pihak yang kontra.

Mereka selalu memoles racun menjadi sosok pahlawan penolong bagi rakyat kecil, mereka lupa 5 juta orang mungkin di untungkan oleh rokok namun 90 juta jiwa penduduk indonesia menjadi pecandu dan indonesia menempati perokok terbanyak di dunia.

Apakah kita biarkan? Kalau kita hanya melihat dari sisi lapangan pekerjaan g@nja pun jika di legalkan juga bisa membuka lapangan pekerjaan namun akankah kita mengorbankan generasi muda.

Jika dilihat promosi rokok berjubel dengan memanfaatkan artis -artis populer dengan anggaran milliaran. Dua orang menjaga kesehatan akan percuma jika tinggal serumah dengan 1 orang perokok. 1 orang perokok, habiskan 1 bungkus rokok perhari ambilah sekarang harga rokok Rp 15.000, jadi sebulan sudah Rp 450.000. Banyak juga ya, itu kalau 1 orang dalam 1 KK, kalau 2 atau 3? Nah, BPJS kelas satu tagihanya belum sampai Rp 100.000/perbulan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Beli Rokok Bisa, Tapi BPJS Malah Nunggak?!"

Posting Komentar